sebuah meja bundar besar, dari kayu. entah memang aslinya,
ataukah hanya replika, seperti sebagian besar belakangan ini. aku sekarang di
hadapannya dan aku tidak begitu pandai berhitung, seberapa banyak orang yang
mengitarinya. aku juga tidak terlalu pandai mengukur, apakah meja ini
benar-benar bundar seperti penafsiranku. begitulah, tidak ada rasanya pandai
yang sudi melekat padaku barang sekata.
kelihatannya, ini meja taruhan. tidak tahu bagaimana caranya
bermain yang penting aku merasakan aromanya. aroma persaingan. aroma saling
menjatuhkan. aroma untuk memojokkan lawan main. aku tidak tahu aturan mainnya,
kenapa tidak ada yang coba memberitahuku bagaimana cara memulai permainan ini?
aku mulai mengitari sekitar meja, berupaya mendapatkan jawaban dari setiap
sudutnya. aku lupa, kalau meja ini bundar, tak berujung dan jelas tak punya
sudut. apa jadinya? mengalir saja, toh mau tak mau akan sampai giliranku
memainkannya. atau jangan-jangan aku giliran pertama? entahlah.
aku tidak boleh larut dalam kebingungan ini. karena menurut
hematku, taruhan itu hanya berkutat pada tiga hal, giliran, pilihan dan resiko.
karena aku tidak tahu siapa lawanku, akulah yang mulai pertama, ada yang
keberatan? semoga tidak.
bagaimana memulainya, bagaimana memulainya, bagaimana
memulainya. pertanyaan itu seolah memaksaku untuk tidak lagi menyembunyikan
kernyitan dahiku yang kusimpan dari tadi. mencengkram ubun-ubun kepala.
memejamkan mata. aku bingung. kebingungan lengkapnya. tapi berhentikah aku
dalam bingung ini? tidak bisa. aku sudah
memutuskan untuk turut duduk di depan meja bundar ini dan sekarang sudah tidak
mungkin lagi untukku keluar dari arena taruhan.
aku mencoba memikirkan kembali. aku yang akan memulai
taruhan ini, karena itu akulah yang menentukan aturan mainnya. cerdas. aku akan
membuat aturan sendiri, dan jelas akan kubuat sedemikian rupa untuk
kemenanganku di akhir nanti. walaupun kalah menang itu biasa, tapi siapa yang
tidak ingin merasakan kemenangan. egoiskah? haha, rasanya kalian semua lebih
egois dariku. tidak butuh waktu lama untuk membuat aturannya. aku siap memulai
taruhan ini.
sebelum mulai, aku ingin menyombongkan diri dulu. aturan
main kan dariku, siapa yang bisa mengalahkannya. sekali lagi, aku mengitari
seputar meja bundar, memastikan aku sudah mendapati setiap jengkalnya. karena
ini kali kedua aku mengamati meja ini, aku jadi sedikit ragu apakah meja ini
benar-benar dari kayu? tapi sudahlah. bukan masalah bundar, bahan kayu ataulah
hal lainnya. yang pasti, akulah yang akan menjadi pemenang taruhan ini.
aku mulai dan giliranku selesai. lama juga. siapa giliran
berikutnya?
. . .
Tuhan! aku bertaruh sendiri.
meja bundar, resiko, pilihan, menang, kalah, pecundang. semuanya sama saja, tidak ada artinya.
. . .
Tuhan! aku bertaruh sendiri.
meja bundar, resiko, pilihan, menang, kalah, pecundang. semuanya sama saja, tidak ada artinya.
sedikit monolog
menjelang tengah malam,
// terdiam sendiri di dalam kamar sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar