
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. aku kecil berjumpa dengan kamu kecil. aku tahu kamu
pasti datang dengan membawa ransel kecilmu itu, dan sudah pasti aku juga
membawa tas bututku ini. kita tahu dan sama-sama tahu, kalau kita membawa
perbekalan masing-masing. kita saling tersenyum saja ketika bertemu sebelum
ini. kita membuka bekal masing-masing. kamu di sebelah sana, aku di sebelah
sini. tapi hari ini, aku ingin bermain bersama. maukah kamu bermain bersamaku?
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. aku tidak perlu banyak bicara untuk mengajakmu bermain.
aku lemparkan tangan kecilku, kamu langsung menyambutnya. sepertinya kita sama.
butuh teman bermain. toh, kemarin-kemarin kita sama-sama bermain sendiri. kalau
bermain bersama jauh lebih menyenangkan, kenapa jadi harus bermain sendiri.
kita sepemikiran. mari kita bermain bersama.
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. kita sama-sama bingung mau bermain apa. ternyata diluar
pemikiran kita berdua, kita sama tidak kreatifnya. hehe. tapi bukan berarti
kita lewati waktu bermain ini dengan begini saja. aku tahu apa yang menjadi
kesenanganmu, sehingga tidaklah sulit untuk membuatmu tertawa lepas. kalaupun
sebenarnyakamu masih bilang, aku tidak kreatif membuat suatu permainan, aku
langsung berlari menghampirimu. melepaskan jitakan mautku. enak saja kamu
bilang tidak kreatif, aku tidak terima! kamupun bisanya cuma terdiam ketika
jitakan demi jitakan mendarat di kepalamu. sebenarnya bukan jitakannya yang penting.
sesudahnya. kita tertawa lepas bersama lagi.
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. kamu mengajakku lomba lari. akupun menerima saja
ajakanmu, karena katamu juga, yang kalah gendong yang menang nantinya. wah,
kapan lagi aku bisa digendong, pikirku. kita berdua mempersiapkan diri, karena
yang aku tahu, kamu lumayan jago lari. mulai! kita berlari bersama, mencapai
garis finish yang kita sepakati bersama. ternyata kamu tangguh juga, tapi tetap
saja aku lebih tangguh darimu. kutinggalkan kau sedikit di depan. sedikit saja.
sampai kau tarik tanganku, ah curang! akupun terjatuh, dan kamu sampai finish
pertama. curang, curang, curang. tapi kamu tetap saja menjulurkan lidah jelekmu
itu, sambil memaksa-maksa digendong, seperti kesepekatan sebelumnya. dengan memasang
muka bengisku, kugendong kamu keliling lapangan bukit layangan kita. ternyata
kamu ringan saja, hehe. tidak ada salahnya rasanya kugendong kamu walaupun aku
menang tadi. dan seperti biasa, kita menyanyikan lagu faforit kita
bersama-sama, sambil tertawa lepas.
que sera
sera, whatever will be will be.the future's not ours to see. que sera sera, what
will be will be . . .
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. capek juga bermain sepanjang hari. kita buka bekal
sama-sama. kamu ambil bekal dari tas ranselmu, aku ambil dari tas bututku. kita
saling menjulurkan lidah awalnya, karena kita masing-masing menyombongkan bekal
yang kita bawa. tapi ujung-ujungnya, makan bekal bersama-sama ternyata jauh
lebih menyenangkan. aku membagi bekalku, kamu tidak lupa membagi bekalmu. jadi
sedikit lebih nikmat istirahat hari ini, karena aku bisa mencoba makanan baru.
bukan ikan asin seperti biasa.
suatu pagi, di
sebuah bukit layangan. memang ini sudah waktunya pulang. tapi aku ingin
mengajakmu. ya, mengajakmu terbang. aku sedikit memaksamu dengan mata mubengku,
akhirnya kamu mau juga. kita tanggalkan saja tas ransel kita berdua disini,
kita tinggalkan di bukit layangan kita. kita siapkan terbang ini dengan
berlari. mari, pegang tanganku, kita berlari bersama.
lari..lari..lari..terbaaaaaaang!
aku masih
memegang tanganmu. ternyata terbang bebas lepas itu menyenangkan ya.
lebih-lebih aku bisa terbang dengan menatap matamu seperti ini. sekarang. yang
kupunya hanya dirimu. maukah kamu terus terbang bersamaku seperti ini? untuk
menua bersama-sama.
mede
//bukit
paralayang puncak. di tujuh belas mei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar