kau selalu saja begitu. berdiam
diri dalam kitab kecil itu, kitab yang lebih kecil dari sebelah genggaman
tanganku malah. ketika kitab-kitab lain riuh ricuh hingga membuat halaman per
halaman sedikit kumal untuk sekedar diraba, kau masih saja duduk diam disana,
tersenyum manis. apakah kau sedang menyapaku? bisakah kau besarkan sedikit
suaramu? karena jujur, aku tidak mendengarmu. barang sedikit.
atau kau punya masalah dengan
sekitarmu? apakah ada yang salah dengan kitab-kitab di samping kanan kirimu?
demokrasi, dasar ilmu politik, kebijakan publik, pembangunan pemberdayaan,
community development. seperti itulah nama-nama mereka. aku tidak tahu, apakah
kau mengenal mereka dengan baik karena
yang kutahu, interaksimu dengan mereka jelas sangat minim. kalau boleh
kukatakan yang sebenarnya, mereka hanya pelengkapmu saja, mereka di bawahmu
kok. karena itulah aku menempatkanmu pada kolom yang berbeda. mereka di bawah.
kau lebih sedikit di atas. atau ada dari mereka yang mulai mengganggumu?
katakan saja, aku tidak akan marah. aku janji.
alif lam. kenapa kau masih diam
saja.
sepertinya ada yang salah.
sehingga aku masih saja gelisah seperti ini. atau jangan-jangan aku yang salah?
kau jadi membuatku terpaku mati seperti ini.
aku jadi ingat ketika kau masih
sering menyapaku. dulu. ketika aku belum
berkenalan jauh dengan kitab-kitab lain itu. ketika bait-bait yang
mereka tawarkan seperti membiusku untuk berpaling. entah yang mereka tawarkan
itu baik atau tidak. entah aku dalam posisi rindu bertegur sapa denganmu.
taukah apa bedanya tegur sapa antara denganmu dan dengan mereka? kau bercerita
lugas di dalam hati, ketika mereka hanya bisa mencapai pikirku.
kalau memang kau diam karena aku
jarang menyapamu, maka tegurlah aku lebih dulu. karena aku sudah cukup tidak
tahu diri untuk menegurmu lebih dulu. sudah cukup yakin sepertinya aku
sekarang. aku harus terus merindukanmu.
mede
//kamar21 kampus cilandak, di
duapuluhenam mei, di pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar