
sore ini, seperti biasa kembali
kunikmati butiran kopi yang berlari di sepanjang gelas putih milikku. ditemani sepotong
sendok, yang kulupa punya siapa. lebih tepatnya, pura-pura lupa. sepanjang apa
lintasan pacu butiran kopi yang ditawarkan, sepanjang itu juga kuupayakan
memburunya. kuupayakan juga ikut berlari bersama.
air setengah mendidih yang
kuseduh di ruang tengah seperti sedang berdiskusi di dalam. cukup alot,
membuatku sedikit jemu untuk menatap, hanya sekedar menatap hangat yang ia
tawarkan. menunggu butir demi butir menenggelamkan diri itu ternyata membosankan
juga. kenapa?mungkin karena aku orang yang tidak begitu suka pahit yang butiran
kopi ceritakan. aku hanya seorang yang menunggu hasil diskusi singkat antara
mereka saja. karena yang kupahami, diskusi akan menimbulkan banyak refleksi,
walaupun hanya segelintir saja yang mencapainya.
ada yang menarik dengan aku dan
kopi belakangan ini. tidak seperti biasa, aku tidak mengikutsertakan banyak
gula. walaupun tidak dapat kusangkalkan, aku masih tidak bisa lepas dari si
manis ini. mungkin saja aku sedang mencoba pahit yang sepertinya sangat jarang
berlaku, atau mungkin juga manisku keterlaluan sehingga aku tidak begitu tahu
bagaimana pahit sedang bercerita, dengan indahnya.
satu sore, masih dengan
pergulatan kopi hitamku.
//ampera raya cilandak, hari selasa di
duapuluhdua mei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar