ya, egoisme masif. sedikit rentetan kata yang coba saya keluarkan dari barisan hemoglobin dan setiap oksigen yang saya gunakan tepat setiap hari. kalau mengatakan perkataan saya demokratis, saya hanya cukup tertawa rapat untuk menerimanya. padahal hati tetap. tetap pada masif yang rapat bernama ego. egoism mungkin menariknya.
masalah
lama rasanya tidak menulis lepas, ungkapkan rata setiap makna yang terpintas lintas menjadi kalimat kembali. saya senang, terlepas senang atau tidaknya yang lain membaca apa yang terkemuka di blog ini. senang karena, saya bisa lepas, tegas, tuntas menulis apa yang terpikir ataupun tidak, terkonsep ataupun tidak, terencanakan atau tidak, disini, di wadah penampung kata yang entah punya makna atau tidak juga.
cerita dari kata saudara
akhir belakangan, saya agak sedikit berbeda dari biasa. entah apa yang merubah dan apa yang terubah. sebenarnya kurang nyaman dengan keadaan seperti ini. payah. under pressure. motivasi pasif. ya, ya, ya. semua bagian dari alur kehidupan yang telah dirancang.
entah kenapa, saya menjadi senang diperhatikan. ada perasaan berbeda ketika saudariku – lebih senang seperti itu saya menyebutnya – memberikan semangat satu demi satu dari pecahan-pecahan yang entah mulai kapan ditebarkan. memberikan senyuman ikhlas tak pamrih seolah katakan “ayo bangkit, kak!”. setiap saat, tepat atau tidak, sempit ataupun luas, diperlukan ataupun tidak, segelintir usaha untuk membangkitkan terus dan terus mengalir. seperti aliran air jernih yang memberikan kekuatan.
antara hitam dan putih
hari ini kutumpahkan semua dalam bentuk kata karena aku rasa tak berarti kalau tumpahan itu hanya dari air mata, toh tak pernah aku merenungi air mata itu menjadi rincian kerja nyata.
hari ini kulihat jamtangan ku menunjukkan pukul 13.04, ya tengah hari lah kata lainnya. aku makan, berserakan, keramaian, entah berapa banyak yang ikut bersantap penuh suka, katanya. aku rasa sedikit berbeda, walaupun sebenarnya sudah kulakukan hal ini berkali-kali, berulang kali dan sekali lagi berkali-kali. entah itu kesadaran, entah itu komitmen pasif seperti biasa, atau mungkin yang lainnya.
keteladan yang hilang
entah kenapa dengan diriku. entah kenapa dengan hati ini. setiap ingin berbuat, alasan alasan bergerilya menghalangi. setiap ada terpikir, selalu ada janggal yang mendesak. katanya ingin lebih baik, katanya ingin menjadi lebih besar. jika seperti ini sentakan-sentakannya, baik hanya akan menjadi angan, besar hanya akan menjadi bualan. tapi, sudahlah. aku tulis, aku berkomitmen, tak ada yang terealisasi aktif menjadi positif.
Langganan:
Postingan (Atom)