cerita dari kata saudara


akhir belakangan, saya agak sedikit berbeda dari biasa. entah apa yang merubah dan apa yang terubah. sebenarnya kurang nyaman dengan keadaan seperti ini. payah. under pressure. motivasi pasif. ya, ya, ya. semua bagian dari alur kehidupan yang telah dirancang.
entah kenapa, saya menjadi senang diperhatikan. ada perasaan berbeda ketika saudariku – lebih senang seperti itu saya menyebutnya – memberikan semangat satu demi satu dari pecahan-pecahan yang entah mulai kapan ditebarkan. memberikan senyuman ikhlas tak pamrih seolah katakan “ayo bangkit, kak!”. setiap saat, tepat atau tidak, sempit ataupun luas, diperlukan ataupun tidak, segelintir usaha untuk membangkitkan terus dan terus mengalir. seperti aliran air jernih yang memberikan kekuatan.

sumba opu fort

antara hitam dan putih


hari ini kutumpahkan semua dalam bentuk kata karena aku rasa tak berarti kalau tumpahan itu hanya dari air mata, toh tak pernah aku merenungi air mata itu menjadi rincian kerja nyata.
hari ini kulihat jamtangan ku menunjukkan pukul 13.04, ya tengah hari lah kata lainnya. aku makan, berserakan, keramaian, entah berapa banyak yang ikut bersantap penuh suka, katanya. aku rasa sedikit berbeda, walaupun sebenarnya sudah kulakukan hal ini berkali-kali, berulang kali dan sekali lagi berkali-kali. entah itu kesadaran, entah itu komitmen pasif seperti biasa, atau mungkin yang lainnya.

keteladan yang hilang



tulisan ini kudedikasikan untuk diriku, penikmat diri dan orang-orang yang mungkin banyak terdzolimi oleh diriku. sikapku. perkataanku. atau mungkin bagian kecil besar diriku yang membuat kalian kaku terpaku.
entah kenapa dengan diriku. entah kenapa dengan hati ini. setiap ingin berbuat, alasan alasan bergerilya menghalangi. setiap ada terpikir, selalu ada janggal yang mendesak. katanya ingin lebih baik, katanya ingin menjadi lebih besar. jika seperti ini sentakan-sentakannya, baik hanya akan menjadi angan, besar hanya akan menjadi bualan. tapi, sudahlah. aku tulis, aku berkomitmen, tak ada yang terealisasi aktif menjadi positif.

entah apa

 perkenalkan namaku topeng,
kalau aku berjalan, entah kenapa orang memanggilku pengembara kehidupan
kalau aku berlari, entah kenapa orang memanggilku si cepat tiada banding.
aku jongkok, katanya aku hebat.
kalau aku berdiri, aku superior.
kalau aku tersenyum, aku dinamai si penebar pesona.
kalau aku bicara, gelar si penggugah suasana pun kudapat.
kalau aku makan, harus ada hidangan terbaik.
kalau aku menangis, harus ada yang mengembalikan senyumku.
kalau aku tertawa, harus ada orang yang kucampakkan.
kalau aku begini, orang harus begitu.
kalau aku begitu, orang harus seperti ini.
ketika aku bercermin.
ah,
aku lupa,
aku tak punya nama.
jelas aku tak punya rupa.
rupaku, namaku, aku.
hanyalah sebuah usang di kantong yang lusuh.


bongkar muatan laptop kembali,
-maidiyanto rahmat-