risau itu akut

jujur aku sebenarnya kurang nyaman dengan keadaan seperti ini. entah aku yang membuat-buatnya seperti ini, atau memang seperti ini sudah terjalankannya. ada semangat dari beberapa, aku sendiri yang tidak menerimanya. ada yang sudah memutuskan untuk memperhatikanku lebih dan sedikit berbeda, tapi lagi-lagi aku seolah-olah tidak menggubrisnya. ada yang tidak peduli apapun kata untuknya, dia masih terus memutuskan untuk menyemangati makhluk tidak tahu etika ini. tapi, ketidak pedulian juga merebak aktif.
aku lelah tuhan.
kalau memang kau putuskan aku seperti ini, janganlah terlalu berlarut-larut, beri aku arah yang jelas hingga aku menikmati sentakannya. menikmati derapnya. menikmati ritmenya. secepatnya, sejelasnya sebagaimana aku dulu, menikmatinya.
ada yang katakan harus sederhana, sungguh kesederhanan itu sulit kawan. aku membagi kesederhanaan tapi aku sendiri tak tahu bagaimana caranya berpikir sederhana, berpikir kecil untuk masalah-masalah yang besar, bahkan untuk masalah yang sebenarnya tidak ada. kesederhanaan itu menjadi sempit karena aku sendiri menyempitkannya bahkan tidak pernah ada kata itu dalam kamusku yang (sangat)  sederhana. sederhana akhirnya hanya menjadi ucap tanpa berubah derap.
sampai sekarang.
aku masih menikmatinya kok.
aku masih menikmati kesendirian ini.
tapi sekali lagi jujur, aku tidak menyukai kerisauan ini. yang selalu menjadi pisau tajam dari setiap uapaya tindakan menyenangkan yang kulakukan. yang memaksa ia terus mengambil peran utama, padahal harusnya bahkan ia tidak ada dalam skenario hidup yang disutradarai oleh tuhan yang kuyakini. kalaupun ada, ia cukup jadi figuran yang muncul hany beberapa waktu, sedikit. bukannya mendominasi seperti sekarang.



-maidiyanto rahmat-

3 komentar: