cerita dari kata saudara


akhir belakangan, saya agak sedikit berbeda dari biasa. entah apa yang merubah dan apa yang terubah. sebenarnya kurang nyaman dengan keadaan seperti ini. payah. under pressure. motivasi pasif. ya, ya, ya. semua bagian dari alur kehidupan yang telah dirancang.
entah kenapa, saya menjadi senang diperhatikan. ada perasaan berbeda ketika saudariku – lebih senang seperti itu saya menyebutnya – memberikan semangat satu demi satu dari pecahan-pecahan yang entah mulai kapan ditebarkan. memberikan senyuman ikhlas tak pamrih seolah katakan “ayo bangkit, kak!”. setiap saat, tepat atau tidak, sempit ataupun luas, diperlukan ataupun tidak, segelintir usaha untuk membangkitkan terus dan terus mengalir. seperti aliran air jernih yang memberikan kekuatan.
entah rangkaian kata ini berlebihan atau tidak, saya tidak begitu peduli. di saat semua sibuk dengan dilema dan perkaranya masing-masing, dia selipkan kepingan-kepingan semangat, rentetan-rentetan kata, pembuktian bahwa masih banyak orang yang bisa memberikan perhatian kepada yang lainnya. ketika semua bergerilya dengan kinerja, ketika masa diolah masing-masingnya, ketika orang semua berlari mengejar apa yang tidak terkejar, masih ada yang bisa memberikan sedikit saja kepada saya. dan itu semua berarti. sedikit berarti sekarang yang rasanya perlu bagi saya.
teringat dulu semua berjalan sebagaimana mestinya, mengkuti alur dan riak yang sudah tersusun. namun ketika riak itu mulai tak beraturan, mulai berubah, mulai bergejolak, mulai berontak karena teriak, ternyata hanya yang peduli yang bisa melewatkan saya diatasnya. kehidupan kehidupan. riak dan alur yang ada harus terlewati dengan gaya sendiri. jika tak bisa dan tak biasa, berontak, gejolak, teriak dan terkotak-kotak.
pesan-pesan tak satu dua yang masuk menyemangati. setiap ada yang berbeda, dia ada. dan dia sekali lagi ada. katanya, saya dan yang satunya adalah kakak-kakak terbaik yang pernah ada dan kewajibannya untuk menjaga, tentu dengan cara yang berbeda. sedikit banyak, saya dan yang satunya turut berkontribusi dalam dilemanya. senyum saja yang bisa terlontar karena memang itu yang dia tuntut. senyuman kecil untuk semangat besar. mungkin itu konsep yang ada. selalu mengingatkan di saat gulana. selalu menyemangati setiap down sindrome merajalela.
haha.
senang rasanya keluarga baru itu ada disini, di kampus kecil yang tinggal tunggu rubuhnya. ya  karena katanya, kami yang bangun fondasinya. yang bisa memberikan kokoh di dalam hanyalah ikatan dan gejolak antar “saudara” yang tersimpul rapi. teramat rapi tepatnya. mungkin bagi sekelompok kecil orang hal biasa atau biasa saja atau teramat biasa. tapi saya dapat beda disini. beda yang saya suka rasanya.

ditulis dengan membangun kepingan dari pecahan.
-maidiyanto rahmat-

2 komentar:

  1. yey. si'beliau' cerita lo kemaren ke aku.

    BalasHapus
  2. indah nya persaudaraan yg terangkai dalam balutan kain saling peduli...

    BalasHapus