hari ibu ya






hari ini tanggal 25 desember, lewat tiga dari hari ibu duapuluh dua kemaren. katanya hari ibu, jadi saya tulis sedikit tentang ibu.

entah kapan dan bagaimana caranya, saya ingin semangat ibu saya juga saya miliki. semangat ketika lihat saya, kakak saya, adik saya tumbuh besar, bau kencur, bocah dan lain-lain. mm, sepertinya sulit tapi entah kenapa saya yakin saya pasti bisa punya.

ibu, entah kapan saya bisa berjumpa lagi dengannya. mudah-mudahan saya bisa merangkulnya di keridhoan allah di jannahnya di akhir nanti. pasti senang kita semua satu keluarga bisa berkumpul, tapi apa bisa ya?saya sedikit resah kalau melihat kelakuan, melihat ketidak komitmenan, ketidakdisiplinan bahkan kepada diri saya sendiri. uh, uh,uh.

sedikit tidak adil rasanya ketika ibu bisa melihat kakak bisa memberikan cucu, tapi saya belum. memperlihatkan pekerjaan yang mereka miliki tapi saya belum mampu. memperlihatkan kemampuan terbaik kakak-kakak tapi saya?mudah-mudahan sekali lagi semangat ibu bisa bantu saya menghadapi segala-semua-setiap masalah yang ada. mudah-mudahan. mudah-mudahan.

bicarakan hari ibu, sepertinya kurang pas ketika kita khususkan ibu pada suatu hari. bapak bisa cemburu. kita punya orangtua bernama bapak dan ibu dan setiapnya mempunyai hak untuk kita hormati, kita patuhi, kita banggai. setiap anak berbakti pasti bisa menomorsatukan orangtuanya daripada teman merangkap sahabat, kesenangan bernama wisata, jarak bernama waktu. ya, teman bisa jadi belakangan, wisata bisa lain kali, waktu toh bermanfaat. kapan lagi kita bisa balas mereka. kapan lagi kita bisa merangkul mereka. kapan lagi kita bisa sisihkan waktu. ya. sekarang. bukan esok. minggu depan. atau tahun depan. karena mungkin saja kita dipisahkan, tidak dipertemukan. mungkin karena kita terdahulu atau ibu atau bapak kita yang dulu.

saudara. waktu berbuat baik, berbakti, mengabdi kepada orangtua adalah sekarang. karena sekaranglah mereka berharap. karena sekaranglah mereka meminta hasil. karena sekaranglah mereka ingin melihat. seberapa jauh torehan keringat cuci kaki si anak kecil bernama saya. seberapa besar rangkulan si cengeng yang menangis saja pekerjaannya dulu. seberapa jauh manusia bernama saya ini mampu berbuat, berucap.

mari kita tunjukan.

kita punya mereka.

mereka punya kita.

kita bukanlah apa-apa.

tanpa mereka.

tanpa kerja keras mereka.

tanpa keringat dan air mata mereka.





-kata orang ini malam hari-

maidiyanto rahmat



buku buku di rumah

saya sedikit terusik dengan susunan buku di rumah. berantakan. semrawut. berisik. harus terapikan. uh, coba saja buku dapat tersusun rapi jali di dalam lemari megah gaya gaya kayu jati. saran di dalam kepala pun tertumpahkan kepada bapak, si bijaksana nomor satu. tapi, jawabannya sungguh tidak mengena dengan apa di hati. tunggu. tunggu. tunggu. masih ada punya bapak. mulai ternoda pikiran ini untuk merapikan sendiri tanpa arahan kepala rumah alias si bapak.

koran-koran. buku-buku sejaman dulu berserakan. skripsi mahasiswa. buku-buku catatan dari es-de. es-em-pe, es-em-a dan sedikit buku kuliah. berinteraksi dalam kesemrawutan. kau buka lemari mana saja. kau berpijak dimana saja. kau arahkan si bola mata menuju penjuru mana saja. pasti tergeletak disana buku atawa koran atawa yang lain.

betapa sayangnya tampaknya bapak dengan tumpukan buku itu. sepertinya ada sesuatu yang ternilai dengan kesemrawutan itu. dan akhirnya, saya mulai terpikirkan.

tumpukan itu menjadi sedikit indah ketika mulai terpikirkan di dalam tentang apa yang ingin disampaikan atau tidak sengaja ternilai dari bapak. ya. bapak ingin ajarkan aku bahwa buku itu penting. kalimat itu penting. dan bahkan, kata itu penting. walaupun keusangan buku-buku itu termakan oleh jaman, buku itu masih ada nilainya di mata bapak.

melihat saya dengan tumpukan buku-buku terbitan 80an, ada juga yang 90an dan belum ada yang 2010an. teringat bapak mengajar ribuan mahasiswanya dengan buku yang kulabeli usang itu dan ingin serta merta ku meseumkan di dalam bak sampah. melihat tumpukan buku sd kepemilikan almarhumah ibu, teringat saya dengan siswa-siswanya yang berbangga punya dia. hh. aku terlalu sempit memikirkan kalau apa yang kunilai usang belum tentu usang di mata lain. kalau apa yang tidak ternilai bisa saja bernilai bagi orang lain.

ya.ya.ya.. tugas saya adalah meneruskan perjuangan ibu dan bapak dalam membumikan buku-buku. meneruskannya ke dalam hati sehingga bisa tereformasi menjadi aktualisasi. siswa-siswa ibu dan mahasiswa-mahasiswi bapak sudah mendapatkan aktifnya gerilya para buku-buku ibu dan bapak. kalau sekarang saya baca buku bagaimana mengubah negeri ini, ya saya harus realisasikan secara aktif apa yang positif dan menghangusabukan yang negatif.

saya teringat beberapa pekan lalu saya mendapati pemulung lewat denga seabreg buku-buku dalam gerobaknya. tampak kolosal tapi elegan. bahasanya bahasa inggris. wah, serasa ingin membelinya tapi kemudian saya teringat dengan seabreg juga  buku-buku saya yang kurang bergerilya ide-idenya dalam kepala saya. ya. saya tidak begitu meresapi apa yang diinginkan buku untuk sebuah perubahan yang diharapkan. saya membaca sambil lalu tanpa berpikir panjang. saya harus merubahnya harus. saya baca, saya berpikir, saya pertanggungjawabkan yang saya baca dengan berbuat.

baik.











maidiyanto rahmat

8 desember 2010. 12.04 p.m. dalam rumah terbaik yang pernah ada di muka bumi.

dalam kehangatan melihat wajah bapak.